Tentu semua orang tahu tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari Ibu. Hari dimana para anak anak mengungkapkan rasa cintanya dan perhatiannya kepada ibu- ibu mereka, kadang mereka memberikan hadiah atau sekedar ucapan terimakasih kepada Ibu yang sudah melahirkan dan mengasuh mereka dari kecil hingga anak- anak mereka mampu mandiri, dan kasih sayang sampai akhir hayatnya.
Menurut sejarah Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938, organisasi perempuan sudah ada sejak 1912 untuk mengenang perjuangan para pahlawan wanita di Indonesia seperti R.A Kartini, Cut Nyak Dien, Nyai Ahmad Dahlan, Martha Christina Tiahahu Misi memperingati Hari Ibu awalnya lebih untuk mengenang jasa-jasa pahlawan perempuan kita dalam membantu memperbaiki kualitas bangsa kita ini seperti melibatkan wanita dalam pembangunan bangsa, membantu perbaikan gizi dan kesehatan bagi Ibu dan balita dan sebagainya.
Banyak acara yang digelar disetiap tempat untuk memeriahkan perayaan Hari Ibu mulai dari aksi buah hati mereka yang masih bersekolah TK dan SD mempersembahkan lagu diatas panggung hingga menjual bunga sebagai hadiah seorang anak kepada Ibunya, sedangkan yang sudah beranjak dewasa membebaskan dan menggantikan pekerjaan rumah ibunya, atau sekedar kirim ucapan lewat SMS, Tetapi apakah para Ibu yang kurang beruntung, misalnya para Ibu yang ada dijalanan atau di Panti Jompo merasakan adanya Hari khusus pada tanggal 22 Desember ? apakah ada diantara anak-anak mereka yang mengucapkan “Selamat Hari Ibu ya Ma, .. aku sayang Mama, terima kasih buat semua yang telah Mama berikan kepada kami” ucapan kepada Ibu mereka yang kurang beruntung, atau para Ibu yang dititipkan ke Panti Jompo ?
Di Hari Ibu juga masih sangat banyak para Ibu yang berjuang mencari nafkah untuk keluarganya, yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita ( TKW ) di luar negeri, tetapi sayang, karena keterbatasan pendidikan, banyak para Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang menjadi korban diskriminasi di luar negeri padahal niat mereka bekerja adalah agar dapat menyambung hidup keluarga mereka. Bagaimana perasaan seorang anak bila di Hari Ibu, tiba-tiba mendengar kabar bahwa Ibunya yang berkerja sebagai TKW menjadi korban penyiksaan, perkosaan ? apakah pada hari Ibu, para ibu yang menjadi TKW bisa menerima ungkapan rasa cinta dan sayangnya dari anak anak mereka walau sekedar lewat SMS?.
Pada tanggal itu juga masih sangat banyak para Ibu yang sudah lanjut usia mencari nafkah sendiri dipinggir jalan, mulai dari pengemis hingga menjual koran. Mereka bekerja dari pagi hingga malam, menantang matahari yang menyengat, melawan derasnya hujan, sedangkan para pengguna jalan yang nota bene seumur dengan anak anak Ibu itu, mereka menggunakan mobil ber-AC hanya melambaikan tangan apabila orangtua tersebut menawari kita untuk membeli korannya atau menyodorkan kaleng agar diisi uang receh. Dimana perasaan para pengguna mobil tersebut? Dan dimana pula anak-anak para Ibu yang mencari nefkah dipinggir jalan ? mengapa mereka sampai turun sendiri langsung, dijalan untuk mencari nafkah ? bisa jadi sang tulang punggung telah tiada atau malah sakit keras dan perlu biaya yang sangat besar sehingga menuntut istrinya harus mencari nafkah, padahal diumur mereka sudah seharusnya istirahat dirumah dan tinggal menikmati hidup sambil menunggu anak anaknya pulang kerja, setelah mencari nafkah untuk mereka. Menurut data yang saya baca, Indonesia menduduki rangking keempat di dunia dengan jumlah lansia 24 juta jiwa yang belum mendapat perhatian dari Pemerintah.
Kalau ada Hari Ibu lalu dimana Hari Ayah ? ya, tidak semua orang tahu kapan Hari Ayah karena Hari Ayah tidak diperingati semeriah hari ibu. Hari Ibu yang sampai diresmikan oleh Presiden Soekarno dalam Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959, sehingga Hari Ibu dirayakan secara nasional hingga kini. Padahal menurut saya Ayah juga berperan penting, sama pentingnya dengan Ibu di dalam rumah tangga. Secara tidak langsung dan tanpa kita sadari Ayah sangat peduli terhadap kita, tidak kalah dengan pedulinya seorang Ibu.
Banyak juga ditemukan Ayah yang menyandang single parents, secara tidak langsung mereka juga mencakup peran sebagai sesosok seorang Ibu untuk anak-anak mereka. Selain bekerja mencari nafkah, pekerjaan seperti memasak, mencuci dan mendidik anak-anak mereka kerjakan sendiri.
Saya pernah mendapatkan sebuah pesan yang membuat saya tersadar akan kasih sayang seorang Ayah yang tidak kita sadari.
Saat kamu kecil dan sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”. Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut. Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Saat kamu mulai dewasa, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, saat kamu melanggar jam malamnya, maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir. Dan dengan perasaan khawatir yang berlarut – larut, ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah akan memarahimu. Sadarkah kamu, bahwa karena hal ini yang sangat ditakuti Ayah akan segera datang? “Bahwa putri kecilnya sudah beranjak dewasa dan akan segera pergi meninggalkan Ayah”
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain. Ayah harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu? Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat.
Yang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata: “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”.
Ayah melakukan itu semua agar kamu KUAT…kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah. Ayah pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana. Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Ayah akan tersenyum bangga dan puas melihat putri kecilnya yang dulu manja, telah tumbuh dewasa, kuat dan berhasil menjadi seorang sarjana.
Renungilah, sesungguhnya betapa peduli seorang Ayah terhadap anaknya. Tidak banyak yang tahu sebenarnya Hari Ayah di Indonesia dirayakan pada tanggal 12 Nopember, tetapi mengapa tidak semeriah perayaan Hari Ibu ? Sebaiknya pada perayaan Hari Ibu maupun Hari Ayah dimanfaatkan oleh para anak anak se Indonesia untuk berbagi kasih sayang kepada para Ayah dan Ibu yang berada dipanti jompo ataupun yang bernasib kurang beruntung, seperti para Ayah dan Ibu yang menjadi pengemis, pemulung dan lain lainnya. Hal itu akan lebih baik bila saat itu kita berada diantara mereka. Selain mereka merasakan adanya anak yang memperhatikan mereka, mereka juga akan mendapat kebahagiaan saat kita ada diantara mereka, dan keberadaan kita disana merupakan pengalaman tersendiri bagi kita.
Mengapa banyak Orangtua yang dititipkan ke Panti Jompo oleh anak-anak mereka ? apakah mereka tidak ingat dulu Orangtua yang telah ber susah payah merawat kita ? seharusnya sudah menjadi kewajiban para anak yang sudah dewasa untuk merawat orangtua mereka sebagai bentuk balas jasa mereka. Menurut mereka apabila orangtua mereka dititipkan kepada Panti Jompo orangtua akan menemukan teman-teman yang seusia sehingga dapat menghabiskan masa tuanya dengan teman-teman di Panti Jompo, tapi pemikiran seperti itu salah, tidak ada orangtua yang mau dititipkan ke tempat seperti itu oleh anak anak mereka sendiri. Mereka lebih memilih menghabiskan sisa hidup mereka di rumah yang berisi anak-anak dan keluarga mereka. Tidak ingatkah mereka dulu Orangtua kita pernah berpesan “nanti kalo Ayah Ibu sudah tua jangan pernah dititipkan ke tempat seperti Panti Jompo ya.. rawat kita”
Terdapat kata bijak yang mengatakan bahwa “saat laki-laki tidak bisa menghargai Orangtuanya maka dia juga tidak akan pernah dapat menghargai pasangannya” ya, bagaimana cara kita menghargai pasangan padahal kita tidak bisa menghargai Orangtua kita sendiri yang sudah kita kenal dari lahir ? hargailah Orangtua kita, jangan buat mereka sedih karena kita.
Banyak anak yang berfikiran negatif terhadap Orangtuanya apabila dilarang melakukan sesuatu atau memiliki pemikiran yang berbeda. Tapi sebenarnya hal tersebut untuk kebaikan kita sendiri, mereka tidak mau kita sebagai buah hatinya terjebak ke perbuatan yag negatif dan nantinya akan merusak nama baik keluarga, tetapi kita melihatnya sebagai larangan yang tidak masuk akal.
Apakah para anak tidak memiliki perasaan takut apabila Orangtua mereka diambil oleh Tuhan dalam kondisi mereka ditinggalkan oleh anak-anaknya ? berlaku baiklah kepada Orangtua, jangan sampai kita sebagai anak melupakan keberadaan mereka yang sudah membesarkan kita sejak lahir hingga sekarang, memberikan nafkah setiap hari, memberikan kasih sayang yang sangat besar, membiayai kita sekolah hingga meluangkan waktu mereka apabila kita sakit. Selama ini Orangtua menaikkan derajat kita, membuat kita bahagia dengan apa saja yang kita peroleh dari mereka, apa kita anak terus-menerus membuat mereka kecewa terhadap kita ? bayangkan kedua wajah Orangtua kita ketika bangga dan terharu melihat kesuksesan kita, wajah mereka yang tersenyum kepada kita. Orangtua alasan kita bertahan, bangkit dan selalu berusaha untuk mencapai semua kesuksesan yang kita inginkan. Terimakasih untuk selama ini Ayah, Ibu. Aku sayang kalian.
heee, iki essaymu a ?
BalasHapusiyo -.-"
BalasHapuskok apik men essay ne sing ngedit sapa nduk??? I love you so much... mmmuuaaahhhh
BalasHapus-________________-"
BalasHapus